Hidup dikampus tak lengkap tanpa menikmati manis pahitnya berkecimpung dalam organisasi. Ada satu pesan yang ku ingat dari guru ku dan tak lain ia adalah kakak kelasku ” Hardi Halomoan Siregar” selaku presiden mahasiswa kampus.
“Jangan ikut berorganisasi kalau tidak punya tujuan untuk jadi ketua organisasi”
Hal itulah yang lambat laun menelusuk masuk dalam pikiranku, sehingga aku teringat janjiku ketika ospek mahasiswa baru
“Tahun depan aku yang akan pidato disitu” sambil menunjuk presma yang sedang berpidato ketika ospek dulu
Kurasa sudah cukup pengalamanku untuk menjadi anggota suatu organisasi kampus, dan sudah waktunya aku harus belajar lebih untuk memimpin suatu organisasi. Tapi ini hanyalah keinginan pribadi yang aku tak tahu apakah akan berhasil atau tidak.
Beberapa bulan lagi akan diadakan pemilihan presiden mahasiswa yang baru, mulai bergulir isu akan calon penerus presma tahun ini. Dan diantara nama nama tersebut tak sedikit mahasiswa yang menyebut namaku “Jaka Nurseptiandi” entah isu ini darimana datangnya tapi satu yang kupahami bahwa memang kala itu aku sangat aktif diorganisasi, aku banyak sekali masuk ke beberapa kalangan baik yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Mungkin sikap welcome itulah yang membuatku lebih diterima oleh teman teman.
Hari selanjutnya isu ini semakin santer kudengar, beberapa kawan mensupport untuk memantapkan kaki maju ke pencalonan. Dan selalu aku jawab permintaan mereka
” gw ini mahasiswa baru, belum tau apa apa, banyak dari mereka yang mungkin lebih matang dan lebih cocok daripada gw”
Tapi tetap saja mereka memiliki keyakinan bahwa aku bisa. Hal inilah yang membuat keraguanku pudar sedikit demi sedikit karena melihat keyakinan mereka terhadap diri ini. Dan akhirnya ku tancapkan layar untuk maju dalam pemilu raya presiden mahasiswa yang baru.
Hari selanjutnya aku disibukkan dengan berbagai acara dan aktifitas untuk mensukseskan agenda akbar yang aku dan teman-temanku rencanakan. Aku pun berusaha untuk mengenalkan diri ke seluruh elemen kampus yang ada. Namun satu hal yang sangat sulit bagiku untuk memilih, yaa memilih pasangan untuk berjuang bersama tak lain dialah wakil presiden mahasiswa yang jika aku terpilih ia akan menjadi pendampingku dalam satu tahun kedepan.
Beberapa hari aku dan teman-temanku terus berfikir mencari sosok yang cocok untuk menempati kursi tersebut. “Tiing” muncul ide akan sebuah nama seseorang yang dulu pernah ikut berlomba bersamaku pada acara lomba akuntansi
“Dwi Wicaksono Wibowo”
Yaa itulah orangnya, karena ku lihat ia memiliki kemampuan sosial yang cukup baik, berani ! Dan cepat beradaptasi. Lengkap sudah persyaratan yang diperlukan.
Tiba waktunya pemilu raya menyisakan 2 kandidat yang berhasil maju untuk berjuang. Nomor urut 1 “JB (Jaka & Bejo) akhirnya keluar menjadi pemenang pemilu dan secara langsung diresmikan menjadi Presma & Wapresma selanjutnya.
Selepas pemilu raya, kesibukan masih belum berakhir, salah satu tugas yang pasti ialah mencari rekan-rekan Ke-Presma dan menentukan strukturalnya. Beberapa nama telah kami kantongi namun hal ini tak semudah memilih dan menarik orang. Karena kami butuh kemampuan dan lebih dari itu sebuah komitmen. Sebagian struktural telah selesai namun posisi sekretaris masih kosong.
Beberapa jam kemudian aku menerima telfon dari seorang temanku anggi namanya
“Jek, sekretaris udah ada yang ngisi?”
“Belum bang”
“Gw ada nama nih kayanya cocok untuk jadi sekretaris”
“Siapa bang?”
“Atika”
Dalam hati aku berkata “Mengapa aku terus dipertemukannya?” Tanpa panjang lebar aku meminta gadis tersebut untuk datang menemuiku dan sedikit berbicara tentang organisasi.
Beberapa jam kemudian ia datang menemuiku, “Hey tik, apa kabar?” Sedikit basa basi dengannya, dan pastinya sedikit rasa gerogi karena kekaguman terhadapya. Tapi seperti selayaknya teman, aku bersikap biasa saja, karena ku tahu ia pun telah memiliki sesorang yang mendampinginya, terlebih aku kenal pria pendampingnya.
Singkat cerita ia bersedia menjadi sekretaris organisasi. Dan hal itu berjalan seperti biasa sesuai tugas dan kewajiban tanpa ada hal yang spesial antara aku dan dia.
Dalam perjalanannya aku pun yang diciptakan sebagai manusia biasa merasakan patah hati, karena kala itu aku harus kembali sendiri tanpa pasangan. Pemuda zaman sekarang menyebutnya dengan “jomblowan” alias diputusin pacar.
Tanpa pasangan kurasa aku akan lebih fokus untuk menata kehidupan kedepan. Walaupun banyak teman-temanku yang menyarankan bahkan langsung menjodohkan aku dengan seorang perempuan. Tapi kita tak tahu apa rasa hati kedepan sehingga aku pun harus siap dengan kenyataan yang akan datang bahwa hati ini pasti akan ada yang mengisi kembali.
Suatu hari atika sekretaris kami jatuh sakit dan harus menjalani operasi, disinilah bunga cinta mulai tumbuh kembali dihati, hal ini bukan hal yang sengaja, tapi ini semua adalah panggilan hati, aku tak mengerti mengapa ketika itu aku selalu ingin tahu keadaannya, mengingatkannya untuk makan dan meminum obat, selain untuk cepat sembuh, juga agar cepat kita bisa bertemu.
Hari berikutnya aku mengajak teman teman untuk menjenguknya, aku masih ingat kala itu hujan mengguyur kota jakarta, namun kami harus tetap mengunjunginya berharap dengan kunjungan kami bisa mempercepat kesembuhannya. Kami pun berangkat dengan membawakan beberapa kue dan buah buahan. Sesampainya dirumah sakit, aku segera bertanya kamar ia dirawat, kamipun diantar seorang suster kesana, melewati lorong dan menaiki beberapa tangga yang lantainya sangat bersih, setiap kali kami melewati ruangan kami melihat beberapa orang orang yang juga menjenguk rekan, ataupun keluarganya yang sedang sakit. “Ini kamarnya” seorang suster berbicara dengan tangannya yang mempersilahkan kami untuk masuk.
Ketika masuk kami langsung disambut ibunda atika dan aku langsung memperkenalan diri dan memperkenalkan teman – teman yang lain kepadanya. Terlihat seseorang sedang tiduran dipojokkan kamar yg berbentuk segi empat itu, tapi ia bukan pasien, ternyata ia adiknya atika. Sebelum aku mengenalnya kukira ia kakaknya, karena badannya yang lebih besar dan sedikit lebih tinggi darinya
Kami pun berbincang bincang disana, menanyakan bagaimana keadaannya, dan sesekali kami tertawa canda. Melihatnya tersenyum dan tertawa ada rasa kepuasan tersendiri dalam diri, terlihat rasa sakit yang ia rasakan sudah hilang dari manisnya senyum dan tawanya.
Tidak lama kemudian kami izin pamit untuk kembali menjalankan aktifitas, namun senyum dan tawanya tak hilang dan selalu terngiang ngiang dalam benak diri ini. Sesampainya dikosan tanganku terasa gatal jika tak menanyai kabarnya saat itu. Entah kenapa aku merasa perasaan cinta ini terus bertambah kepadanya, dan satu hal yang tak bisa kutampung kala itu adalah “pengungkapan rasa cinta terhadapnya”
Rasa ragu, rasa cinta, dan rasa takut bercampur aduk dalam pikiran dan hati ini untuk berani mengungkapkan seluruh isi hati. Tapi tak apalah apapun yang terjadi aku sudah siap menghadapinya, justru jika aku tidak mengungkapkan rasa ini mungkin aku akan menyesal dan merugi hanya karena rasa takut dalam diri. Dengan percaya diri akhirnya aku mengungkap seluruh hati ini.
“Bisa aja bang jek ini becandanya”
Begitulah jawaban spontan yang ia berikan, ternyata ia mengira aku becanda atau ada seseorang yang memakai ponselku dan chat dengannya. Karena pada waktu itu aku sama sekali tidak pernah pendekatan (PDKT) dengannya.
Akupun meyakininya kalau ini memang aku, yaa ini benar benar aku bukan orang lain. Aku yakin ia pun tak menyangka hal ini. Tapi inilah kebenarannya.
“Hemmm.. Okeey kita jalani aja dulu 🙂 ”
“Maksudnya? Jadi kita jadian?” Tanyaku
” Iyaa, kita jalani aja dulu :)”
“Jadi mulai sekarang, aku harus manggil kmu apa?” Tanyaku
“Apa aja :p, bebeb boleh, ayang juga boleh”
“Ahahaa, yang aja kali yaaa :D”
Rasa senang meliputi perasaanku malam itu, aku tak habis pikir ternyata aku mendapatkan jawaban yang ku harapkan. Menutup indahnya malam itu aku pun berkata kepadanya
“Night hon, mimpi yang indah Love U”